Energi merupakan kebutuhan mendasar yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, strategi penyediaan serta distribusinya menjadi hal yang penting. Kebutuhan energi akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, dan sumber energi yang digunakan jumlahnya terbatas sehingga perlu dicari dan mulai digunakan energi alternatif yang lebih berkelanjutan.
Dalam rangka mencapai tujuan untuk menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua lapisan masyarakat pada tahun 2030, ditetapkan 5 target yang diukur melalui 6 indikator. Target-targetnya meliputi akses universal layanan energi yang terjangkau, andal dan modern, meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi global dan melakukan perbaikan efisiensi energi di tingkat global.
Kebijakan Tujuan 7. Untuk mewujudkan Tujuan 7 Energi Bersih dan Terjangkau, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan pada strategi Pemenuhan layanan Dasar Masyarakat Miskin, dengan arah kebijakan: (1) Meningkatkan pasokan energi dan ketenagalistrikan dengan memperhatikan jaminan pasokan energi primer dan bauran energi dan pengendalian pemanfaatan yang sejalan dengan pelaksanaan konservasi energi (2) Meningkatkan peranan energi baru dan terbarukan dalam bauran energi (3) Meningkatkan aksesibilitas energi (4) Meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
Berdasarkan target dan arah kebijakan yang disusun dalam rangka pencapaian Tujuan 7 TPB, program yang akan dilaksanakan DIY mencakup: (1) Program Pengawasan dan Pengendalian Energi, Geologi, Air Tanah dan Pertambangan (2) Program Penyelenggaraan Energi dan Ketenagalistrikan
Peningkatan Akses Energi :
Inisiatif Energi Berkelanjutan untuk Semua dan Implikasinya pada Indonesia
Akses energi masih menjadi salah satu tantangan dunia di abad 21
ini khususnya bagi individu dan masyarakat di negara-negara berkembang. Fakta
mencatat terdapat lebih dari tiga (3) miliar orang di negara-negara berkembang
yang masih bergantung pada biomassa tradisional untuk memasak dan pemanasan
/heating (1); satu setengah (1,5) miliar orang tanpa listrik (2); bahkan di
saat jasa-jasa energi (energy services) tersebut tersedia, jutaan orang miskin
tetap tidak dapat menikmatinya lantaran harganya yang terlalu mahal dan mereka
tidak memiliki kemampuan secara ekonomi untuk membelinya. Rendahnya akses pada
energi dan jasa-jasa energi modern membuat penduduk-penduduk di negara
berkembang kehilangan kesempatan mendapatkan manfaat dari pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan taraf hidup.
Walaupun energi sendiri bukanlah kebutuhan dasar, tetapi energi
merupakan pendukung utama untuk tercapainya kebutuhan-kebutuhan dasar. Tanpa
energi, kebutuhan-kebutuhan tersebut sukar tercapai. Contoh sederhana dapat
dilihat dari peran energi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Walaupun
ketersediaan bahan pangan dapat dicukupi, tanpa menyelesaikan masalah energi
masyarakat tetap akan mengalami fenomena kekurangan pangan. Hal ini disebabkan
karena untuk bisa menyelesaikan masalah pangan bukan hanya bahan mentah pangan
yang diperlukan yang harus tersedia, namun akses terhadap layanan energi yang
memungkinkan bahan pangan tersebut diolah dan/atau dimasak, juga harus
tersedia. Demikian juga dengan air bersih. Jasa energi dalam bentuk listrik
memungkinkan air bersih dipompa dari sumber-sumber air dan didistribusikan
kepada para penggunanya.
Pentingnya penyediaan akses energi secara universal mulai
mendapatkan perhatian sejak hadirnya laporan Komisi Dunia untuk Pembangunan dan
Lingkungan atau Report of World Commission on Environment and Development
(Bruntland Commission) tahun 19873. Walaupun demikian, akses energi secara
universal baru benar-benar menjadi pusat perhatian setelah diterbitkannya
sebuah laporan yang komprehensif berjudul World Energy Assessment: Energy and
the Challenge of Sustainability oleh UNDP, UNDESA dan WEC, tahun 2000. Laporan
ini mengungkapkan pertautan yang kuat antara energi dan kemiskinan, serta
menyerukan adanya aksi dunia untuk mendorong penyediaan akses energi bagi
seluruh umat manusia.
“Walaupun energi bukanlah kebutuhan dasar manusia, energi
sendiri sangat penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar tersebut.
Kekurangan akses terhadap jasa energi yang beraneka ragam dan terjangkau, artinya kebutuhan dasar dari banyak orang tidak terpenuhi”
memasak. Hal ini memerlukan investasi tahunan di tahun 2010-2015 sekitar 41
miliar dollar Amerika, atau sekitar 0,06% dari GDP (7).
IEA mencatat bahwa beberapa hal yang menjadi kendala dalam
pencapaian tujuan-tujuan yang terdapat dalam Tujuan Pembangunan Millenium di
tahun 2015, adalah masalah pendanaan dan masalah energi. IEA memperkirakan
bahwa di tahun 2015, dibutuhkan tambahan akses untuk sekitar 395 juta orang
yang perlu mendapatkan akses pada listrik dan 1 miliar orang yang
memerlukan akses pada fasilitas-fasilitas
Itu
sebabnya pula, dengan adanya permasalahan ini, peningkatan akses pada energi enjadi suatu hal yang perlu ditangani secara serius. Namun, meningkatkan akses
pada energi bukanlah satu-satunya tantangan terbesar. Kenyataan bahwa tidak
semua masyarakat dapat menerima tawaran layanan energi yang ada, membuat upaya
untuk meningkatkan akses pada energi semakin sulit. Hal ini membawa pada sebuah
kesimpulan bahwa untuk meningkatkan akses pada energi, teknologi bukanlah
satu-satunya jawaban. Perlu juga adanya upaya peningkatan kapasitas dan
pengenalan pada produk-produk energi yang ada, agar masyarakat dapat menikmati
layanan energi serta memeliharanya untuk jangka panjang.
Walau
demikian, subsidi tidak seharusnya dihilangkan secara keseluruhan. Subsidi
tetap harus diberlakukan untuk meringankan biaya bagi masyarakat kecil dalam
mengakses pada layanan energi yang tersedia. Namun, sebaiknya, subsidi dberikan
pada penggunaan layanan energi yang berasal dari energi terbarukan. Subsidi
juga seharusnya diberikan kepada teknologi-teknologi efisiensi energi yang
dapat dilakukan secara individu atau sekelompok orang.